Tengkawang: Pohon Penghasil Minyak Ajaib dari Pedalaman Kalimantan

Tengkawang: Pohon Penghasil Minyak Ajaib dari Pedalaman Kalimantan – Kalimantan dikenal sebagai paru-paru dunia karena hutan hujannya yang luas dan kaya akan keanekaragaman hayati. Namun, di balik lebatnya rimba tropis itu, tersimpan harta alam yang belum banyak dikenal orang: pohon tengkawang. Bagi masyarakat adat Kalimantan Barat, tengkawang bukan sekadar pohon, melainkan “pohon kehidupan”. Dari bijinya, dihasilkan minyak nabati bernilai tinggi yang sering dijuluki sebagai minyak ajaib karena manfaatnya yang sangat beragam—dari bahan pangan, kosmetik, hingga industri farmasi.

Tengkawang bahkan menjadi simbol kearifan lokal dan hubungan harmonis antara manusia dan alam. Melalui proses tradisional yang diwariskan turun-temurun, masyarakat Dayak telah lama memanfaatkan minyak tengkawang sebagai bagian penting dalam kehidupan mereka. Kini, seiring meningkatnya kesadaran terhadap bahan alami dan ramah lingkungan, tengkawang mulai dilirik dunia sebagai sumber minyak nabati alternatif yang berkelanjutan.


Asal-Usul dan Keunikan Pohon Tengkawang

Tengkawang adalah sebutan lokal untuk beberapa jenis pohon dari genus Shorea, yang termasuk dalam famili Dipterocarpaceae. Pohon ini hanya tumbuh di wilayah tertentu di Asia Tenggara, terutama di hutan hujan tropis Kalimantan Barat. Beberapa jenis yang paling dikenal adalah Shorea stenoptera, Shorea pinanga, dan Shorea mecistopteryx. Pohon tengkawang bisa tumbuh hingga 50 meter lebih tinggi dengan diameter batang mencapai dua meter—menjadikannya salah satu pohon raksasa hutan tropis yang megah.

Salah satu hal unik dari pohon ini adalah pola berbuahnya yang tidak menentu. Tengkawang hanya berbuah sekali dalam 3 hingga 5 tahun, dikenal sebagai “musim mast” atau musim tengkawang. Ketika musim ini tiba, biji-biji besar berguguran menutupi lantai hutan seperti karpet alami. Bagi masyarakat sekitar, ini adalah masa panen besar yang ditunggu-tunggu, karena hasilnya bisa menjadi sumber penghidupan utama.

Buah tengkawang berbentuk seperti buah kenari dengan sayap kecil yang membantu penyebarannya oleh angin. Di dalamnya terdapat biji yang mengandung lemak padat—bahan utama untuk membuat minyak tengkawang. Proses pengolahannya biasanya dilakukan secara tradisional: biji dikeringkan, dipanggang ringan, lalu dipres hingga keluar minyak berwarna kuning kecokelatan yang padat pada suhu ruang, mirip dengan mentega.

Yang membuat minyak ini istimewa adalah kandungan asam lemaknya. Komposisi asam stearat, oleat, dan palmitat dalam minyak tengkawang hampir serupa dengan mentega kakao (cocoa butter), yang digunakan dalam pembuatan cokelat dan kosmetik kelas atas. Tidak heran jika industri internasional menyebutnya sebagai “Borneo Tallow Nut Oil” atau “Illipe Butter”.

Bagi masyarakat adat, tengkawang lebih dari sekadar komoditas ekonomi. Pohon ini dianggap keramat dan penanda ekosistem sehat, karena hanya tumbuh di hutan tua yang belum terganggu. Menanam, menjaga, dan memanen tengkawang dilakukan dengan penuh penghormatan terhadap alam.


Proses Tradisional dan Nilai Ekonomi Minyak Tengkawang

Proses pembuatan minyak tengkawang secara tradisional merupakan perpaduan antara kearifan lokal dan ketekunan. Setelah buah jatuh dari pohon, masyarakat Dayak biasanya mengumpulkannya dari hutan dan mengeringkannya di bawah sinar matahari selama beberapa hari. Buah yang sudah kering lalu dipanggang ringan untuk memudahkan pengelupasan kulit dan meningkatkan aroma.

Selanjutnya, biji digiling halus dan dimasukkan ke dalam alat pemeras tradisional dari kayu atau besi. Dari proses ini, keluarlah minyak padat alami yang kemudian disaring dan didinginkan. Hasil akhirnya berupa lemak tengkawang yang lembut dan berwarna kekuningan, mirip mentega alami dengan aroma khas hutan tropis.

Dalam skala industri modern, minyak tengkawang diolah menggunakan mesin hidrolik untuk menghasilkan produk yang lebih murni dan higienis. Produk ini kemudian dikemas menjadi Illipe Butter, yang diekspor ke Eropa dan Jepang untuk bahan kosmetik, sabun, dan makanan.

Nilai ekonomi minyak tengkawang cukup tinggi. Di pasar internasional, harga per kilogramnya bisa mencapai dua hingga tiga kali lipat harga minyak kelapa sawit, tergantung kualitas dan tingkat kemurnian. Tak heran, kini banyak desa di Kalimantan Barat yang mulai membentuk koperasi pengolahan tengkawang untuk mengelola hasil panen secara berkelanjutan dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat lokal.

Namun, nilai sejati tengkawang bukan hanya dari uang. Pohon ini juga berperan penting dalam menjaga ekosistem hutan. Akar pohon tengkawang membantu menahan erosi, menyimpan air, serta menjadi rumah bagi berbagai satwa liar seperti burung enggang, orangutan, dan kera. Dengan menjaga pohon tengkawang, berarti masyarakat juga menjaga keseimbangan alam dan keanekaragaman hayati Kalimantan.


Manfaat Minyak Tengkawang: Dari Dapur hingga Dunia Kosmetik

Tidak berlebihan jika minyak tengkawang dijuluki “minyak ajaib”. Kandungan alami dan sifat multifungsinya menjadikannya bahan serbaguna yang digunakan di berbagai sektor.

1. Bahan Pangan

Di masa lalu, masyarakat Dayak menggunakan minyak tengkawang sebagai pengganti minyak goreng atau margarin. Teksturnya yang padat dan tidak mudah tengik membuatnya cocok untuk memasak dan memanggang. Selain itu, rasanya yang lembut dan aroma alami menjadikan makanan lebih gurih. Di beberapa daerah, minyak ini juga digunakan untuk mengawetkan makanan karena daya tahannya yang lama.

2. Kosmetik dan Perawatan Kulit

Minyak tengkawang memiliki sifat melembapkan alami yang tinggi, menjadikannya bahan populer dalam industri kecantikan. Banyak merek internasional menggunakan Illipe Butter sebagai bahan utama untuk lip balm, lotion, sabun, dan krim anti-aging. Teksturnya mirip dengan cocoa butter namun lebih tahan lama di kulit, mampu menjaga kelembapan tanpa meninggalkan rasa lengket.
Selain itu, kandungan vitamin E dan antioksidan alami di dalamnya membantu meregenerasi sel kulit dan melindungi dari radikal bebas.

3. Farmasi dan Obat Tradisional

Dalam pengobatan tradisional, minyak tengkawang sering digunakan untuk mengobati luka ringan, kulit pecah-pecah, dan gigitan serangga. Beberapa penelitian modern menunjukkan bahwa minyak ini memiliki potensi anti-inflamasi dan antimikroba, yang menjadikannya bahan prospektif dalam produk farmasi alami.

4. Industri Ramah Lingkungan

Selain untuk konsumsi dan kosmetik, minyak tengkawang juga bisa diolah menjadi lilin alami, bahan pelumas, dan sabun biodegradable. Karena sifatnya mudah terurai dan tidak mencemari lingkungan, minyak ini menjadi alternatif berkelanjutan untuk produk berbasis minyak bumi.

Dengan potensi besar ini, pemerintah daerah dan lembaga lingkungan kini berupaya menjadikan tengkawang sebagai komoditas unggulan berkelanjutan. Beberapa program reforestasi bahkan mulai menanam kembali pohon tengkawang di hutan-hutan yang rusak, menggabungkan konservasi alam dan ekonomi masyarakat lokal.


Kesimpulan: Tengkawang, Warisan Alam yang Perlu Dijaga

Tengkawang adalah salah satu kekayaan alam paling berharga dari pedalaman Kalimantan—bukti nyata bahwa alam Indonesia menyimpan potensi luar biasa jika dikelola dengan bijak. Dari pohon yang menjulang tinggi di hutan tropis, lahir minyak nabati ajaib yang memberi manfaat besar bagi manusia dan lingkungan.

Lebih dari sekadar sumber ekonomi, tengkawang mencerminkan hubungan harmonis antara manusia dan alam, di mana kearifan lokal berpadu dengan keberlanjutan modern. Setiap tetes minyak tengkawang membawa cerita tentang hutan yang lestari, masyarakat adat yang menjaga tradisi, dan harapan untuk masa depan hijau yang lebih baik.

Di tengah ancaman deforestasi dan ekspansi perkebunan yang masif, tengkawang mengingatkan kita akan pentingnya menjaga keseimbangan ekosistem. Dengan mendukung produk berbasis tengkawang dan praktek perdagangan berkelanjutan, kita turut membantu melestarikan “pohon kehidupan” ini agar tetap tumbuh subur di tanah Kalimantan.

Sebab pada akhirnya, menjaga tengkawang berarti menjaga kehidupan itu sendiri—bagi manusia, satwa, dan bumi yang kita cintai.

Scroll to Top