
Mangga Kasturi: Buah Endemik Kalimantan yang Kini Dinyatakan Punah di Alam Liar – Mangga kasturi (Mangifera casturi) adalah salah satu buah endemik yang menjadi kebanggaan masyarakat Kalimantan Selatan, khususnya di wilayah Banjar. Buah ini memiliki aroma khas yang kuat dan rasa manis legit yang berbeda dari jenis mangga lainnya. Ukurannya memang tidak besar — hanya sebesar kepalan tangan — tetapi pesonanya luar biasa bagi siapa pun yang pernah mencicipinya. Sayangnya, meskipun terkenal di masa lalu, mangga kasturi kini dinyatakan punah di alam liar, membuatnya menjadi salah satu simbol kehilangan biodiversitas di Indonesia.
Sejarah keberadaan mangga kasturi sudah tercatat sejak ratusan tahun lalu dalam budaya masyarakat Banjar. Buah ini sering dijadikan oleh-oleh khas dan bahkan menjadi ikon daerah. Dalam bahasa Banjar, “kasturi” merujuk pada aroma harum yang memikat, dan memang, keharuman buah ini menjadi daya tarik utamanya. Saat matang, kulitnya berubah menjadi ungu kehitaman dengan daging buah berwarna oranye tua. Teksturnya lembut, sedikit berserat, dan sangat manis.
Mangga kasturi berbeda dari mangga biasa seperti Mangifera indica yang banyak dibudidayakan di seluruh dunia. Jenis ini tumbuh alami di hutan-hutan dataran rendah Kalimantan dan membutuhkan ekosistem yang sangat spesifik. Ia termasuk ke dalam keluarga Anacardiaceae, yang sama dengan jambu mete dan kedondong, namun memiliki karakteristik unik. Pohonnya berukuran sedang, dapat tumbuh hingga 20 meter, dengan daun hijau tua mengilap dan buah beraroma tajam bahkan sebelum matang.
Sayangnya, keindahan dan kelezatan mangga kasturi justru menjadi salah satu penyebab kemusnahannya di alam liar. Eksploitasi berlebihan, penebangan hutan, dan perubahan fungsi lahan menjadi perkebunan serta permukiman membuat habitat alami mangga kasturi hilang. Saat ini, spesies ini hanya bisa ditemukan dalam bentuk budidaya di kebun botani, taman konservasi, atau pekarangan rumah penduduk tertentu.
Status “punah di alam liar” untuk mangga kasturi resmi ditetapkan oleh IUCN (International Union for Conservation of Nature). Artinya, tidak ada lagi populasi alami yang ditemukan di hutan Kalimantan. Namun, beberapa varietas hasil hibrida dan kultivar seperti kasturi raja, kasturi kecil, dan kasturi bambangan masih bertahan melalui upaya konservasi dan penanaman ulang di lingkungan buatan.
Mangga kasturi kini bukan hanya sekadar buah, melainkan simbol penting dari perlunya menjaga keanekaragaman hayati Nusantara. Ia mengingatkan kita bahwa kekayaan alam bisa lenyap dalam diam jika tidak dijaga dengan bijak.
Upaya Konservasi dan Potensi Budidaya Mangga Kasturi
Meskipun dinyatakan punah di alam liar, bukan berarti harapan bagi mangga kasturi telah sirna. Berbagai pihak, mulai dari lembaga konservasi, peneliti, hingga masyarakat lokal, terus berupaya untuk menjaga eksistensi buah ini agar tidak hilang sepenuhnya.
Salah satu langkah penting dilakukan oleh Kebun Raya Bogor dan Kebun Raya Banua di Banjarbaru, yang berhasil menanam dan melestarikan beberapa pohon mangga kasturi dari bibit asli. Upaya ini tidak hanya bertujuan menjaga plasma nutfah, tetapi juga untuk melakukan riset genetik dan pengembangan kultivar yang bisa bertahan di berbagai kondisi iklim.
Selain itu, para petani lokal di Kalimantan Selatan mulai melakukan budidaya kembali mangga kasturi di pekarangan dan lahan kecil. Meskipun hasilnya belum masif, namun langkah ini sangat berarti. Proses penanamannya relatif mudah, namun pertumbuhannya membutuhkan perhatian khusus terhadap jenis tanah dan kelembapan. Mangga kasturi tumbuh baik di tanah berpasir yang memiliki drainase bagus, dengan intensitas cahaya matahari tinggi.
Buah ini memiliki nilai ekonomi yang menjanjikan. Karena kelangkaannya, harga mangga kasturi di pasaran bisa mencapai beberapa kali lipat dari harga mangga biasa. Selain dijual dalam bentuk segar, daging buahnya juga diolah menjadi berbagai produk, seperti sirup, dodol, selai, hingga parfum alami. Aroma kasturi yang khas membuatnya sangat diminati dalam industri makanan dan wewangian.
Selain manfaat ekonomis, konservasi mangga kasturi juga memiliki nilai ekologis. Pohonnya mampu menjadi bagian penting dari sistem hutan tropis karena memberikan tempat berlindung bagi burung dan serangga penyerbuk. Dalam konteks yang lebih luas, menjaga keberadaan mangga kasturi berarti menjaga keseimbangan ekosistem Kalimantan.
Pemerintah daerah Kalimantan Selatan pun menjadikan mangga kasturi sebagai buah identitas provinsi. Langkah ini bertujuan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya pelestarian tanaman endemik. Beberapa kampanye lingkungan juga melibatkan sekolah dan komunitas lokal dalam kegiatan menanam pohon kasturi sebagai simbol cinta terhadap alam.
Di sisi ilmiah, para peneliti dari universitas di Indonesia dan Malaysia tengah melakukan studi mengenai hibridisasi alami antara mangga kasturi dan mangga jenis lain. Harapannya, melalui persilangan ini, dapat dihasilkan varietas baru yang memiliki daya tahan tinggi terhadap perubahan lingkungan tanpa kehilangan aroma khas kasturi.
Upaya digitalisasi juga turut berperan dalam pelestarian. Melalui platform edukatif dan media sosial, semakin banyak masyarakat yang mengenal dan memahami pentingnya menjaga tanaman langka seperti mangga kasturi. Kesadaran publik menjadi langkah pertama yang sangat penting untuk mendukung konservasi jangka panjang.
Namun, meskipun berbagai upaya ini berjalan, tantangan tetap besar. Perubahan iklim, penebangan liar, dan rendahnya tingkat pengetahuan masyarakat terhadap pentingnya biodiversitas masih menjadi ancaman serius. Diperlukan kolaborasi nyata antara pemerintah, lembaga riset, dan masyarakat agar mangga kasturi tidak sekadar bertahan di kebun raya, tetapi bisa kembali menghijaukan hutan Kalimantan seperti dulu.
Kesimpulan
Mangga kasturi bukan hanya sebuah buah — ia adalah warisan alam, simbol identitas, dan pelajaran berharga tentang rapuhnya ekosistem kita. Punahnya spesies ini di alam liar menjadi peringatan keras bahwa kehilangan satu jenis tanaman berarti kehilangan bagian penting dari sejarah alam Nusantara.
Aroma khas dan rasa manis mangga kasturi kini menjadi nostalgia bagi masyarakat Banjar yang pernah hidup berdampingan dengannya. Namun di balik nostalgia itu, tersimpan harapan besar bahwa dengan kesadaran dan kerja sama, kita bisa mengembalikan sebagian dari keindahan yang hilang.
Upaya konservasi yang dilakukan saat ini menunjukkan bahwa manusia masih memiliki kesempatan untuk memperbaiki kesalahan masa lalu. Dengan dukungan teknologi, ilmu pengetahuan, dan semangat cinta lingkungan, bukan mustahil suatu hari nanti mangga kasturi akan kembali tumbuh liar di hutan Kalimantan, menjadi saksi hidup bahwa alam selalu memberi kesempatan kedua — asalkan kita mau menjaganya.
“Mangga kasturi bukan sekadar buah yang punah, tetapi cermin dari tanggung jawab kita terhadap alam. Menjaganya berarti menjaga masa depan.”